Rabu, 19 Desember 2012

Cerita di Akhir Desember


   Bruuk !
        “Aaww !” aku mengelus kepalaku yang terasa sakit saat terjatuh dari tempat tidur. Memang sudah menjadi kebiasaanku saat bangun tidur.
        Hari ini adalah hari yang sangat aku sukai. Karena ini adalah hari Minggu. Memang sayang rasanya jika hari Minggu nan cerah ini di lewati dengan percuma. Bagiku, hari minggu adalah hari Charged Energy sedunia. Aneh memang !
        Aku masih tertidur di lantai ketika ia melihat sesuatu di kolong tempat tidur. “kotak apa ini ?” pikir ku. Ketika aku akan membuka kotak itu, sebuah e-mail masuk ke laptop. E-mail dari sahabat maya di akun facebook milikku. Nama  “Wira Visual Yudi Key” muncul di layar laptop mungil yang berwarna ungu muda yang dihiasi dengan kelip-kelip bercahaya.
        To : Lunar Paradika Key
        Selamat pagi gadisku yang mungil, have a nice Sunday yahh ! maaf semalem aku ketiduran. Jadi terpaksa ninggalin kamu sendiri di facebook.
        Ku putuskan untuk membalas e-mail itu dengan perasaan senang. Yah,, sudah beberapa bulan terakhir Wira memang selalu menemani setiap aktifitasku di facebook.
        To : Wira Visual Yudi Key
        Gadis kecil??? Aku kan udah gede Wira ! ya udah, ga pa-pa, aku juga ngga berharap kamu nemenin aku setiap detik di facebook. Hahahaha
        Mungkin lucu juga punya teman dekat di facebook. Tapi aku berharap semoga ini bukan sekedar komunikasi facebook. Aku diam sejenak, menarik nafas dalam-dalam.
        “Lunar, kamu udah bangun ?” kata ibu yang tiba-tiba masuk ke kamar. “kebiasaan deh, kamu tidur di lantai sambil main laptop.” Lanjutnya.
        “hehehe maaf bu,” jawabku sambil memamerkan senyum.
        “kok kamu main laptop ? bukannya siap-siap untuk latihan. Sekarang kan jadwal kamu latihan tennis nak.” Ibu mengingatkan
        “ya ampun ! kenapa nggak bilang dari tadi bu ?”
        “kamu sih bukannya inget sendiri sama kegiatan pribadi, masa mau di ingetin terus. Kapan mandirinya ?” ibu mulai ngomel yang membuat kupingku panas.
        “aaddouuh ! sakit !” aku meringis kesakitan ketika ibu menjitak kepalaku. Dengan cepat aku mengambil handuk untuk menghindari jitakan kedua melayang. Ibu hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkahku.
        “abis mandi, langsung sarapan ya. Baru pergi. Oke ?”
        “oke bos !” jawabku singkat.
        Sejenak aku lupa dengan kotak misterius itu. Tapi setelah aku selesai mandi, aku mencoba melihat-lihat sejenak isinya. Cuma mainan dan fotoku ketika masih kecil, batinku. Tapi tunggu, ada foto lain yang membuatku terkesiap. Foto Agung.
        Agung, aku merindukanmu ! kamu dimana ? Bagaimana kabarmu ? Mungkinkah waktu akan menyatukan kita kembali ? Setidaknya, 3 detik saja. Agar aku bisa melihat senyummu lagi.
        Aku tak mau terlarut dalam rasa rindu yang aku rasakan. Waktu masih berjalan kedepan. Entah esok atau lusa, aku pasti bisa melihat senyumnya lagi.
        Kini, aku menjalani apa yang sudah seharusnya kujalani.
        Aktifitas hari Minggu pagi kuisi dengan bermain Tennis Lapangan. Setelah semuanya beres, aku mencomot roti keju yang ada di atas meja dan buru-buru mium susu. “bu aku pamit ya” kataku sambil mencium pipi ibuku.
        “hati-hati dong sayang, rotinya di abisin dulu.” Kata ibu
        “oke !” jawabku sambil menyambar sepeda gayung kesayanganku.
        Aku mengayuh sepeda dengan santai, kulirik jam kura-kura ninja favoritku, “ohh jam 06.15 pagi” pikirku.
        Kali ini aku benar-benar menikmati pagi. Sesekali aku bernyanyi kecil mengikuti lagu yang kudengar lewat headset. Sambil menghirup udara segar aku berjanji dalam hati. “entah kapan, aku akan mengajak Agung untuk menikmati pagi seindah ini. Agung semoga kita bisa bertemu.”
        Tapi, suasana hatiku tak seindah suasana pagi ini. Aku kaget luar biasa ketika aku melihat pacarku mencium lembut kening gadis lain. Aku tak menyangka, ia begitu nyata menghianati hubungan yang telah 4 bulan terjalin. Pacarku selingkuh di hadapanku, di lapangan Tennis, di tempat favoritku.
        Seketika aku meneteskan air mata. Kini kakiku tak mampu lagi menopang badanku. Ia masih tak menyadari keberadaanku. Aku terjatuh lemas. Hatiku hancur. Kini, tak ada lagi harapan untuk mencintainya. Hatiku sakit, seperti luka baru yang di teteskan perasan lemon. Perih banget.
        “kamu harus kuat, itulah kenyataan hidup” kata Mas Yogi lembut. Ia menuntunku untuk mencari tempat yang nyaman. Mas Yogi adalah senior di Club Tennis ini. Ia juga sahabat sekaligus saudara dari pacarku.
        “Mas, apa Yoga sering seperti itu ? kenapa aku harus ngeliat mas? Kenapa sekarang ?” aku menangis sejadi-jadinya di pelukan Mas Yogi. Mas Yogi memelukku semakin kuat.
        “Lunar, kalau kamu tak melihat sendiri, mungkin dia akan terus seperti itu. Dan kamu nggak akan tau sifatnya kayak apa. Mas tau, mungkin rasanya sakit. Tapi perlahan kamu pasti bisa senyum lagi. Mungkin dia bukan buat kamu. Mas percaya Lunar orangnya kuat dan tegar. Mas bantuin sebisa mas ya,, sekarang kamu lupain semua kejadian tadi. Kita latihan dulu, kamu jangan nangis lagi,, senyumnya mana?” goda Mas Yogi sambil nyengir kuda.
        “iih Mas Yogi apa-apaan siih ! makasih ya mas,” jawabku sambil melempar senyum kepada Mas Yogi.
        “nah gitu dong. Sekarang semua keputusan ada di tangan kamu. Pilih salah satu yang terbaik. Oke ?”
        “oke deh !” aku menjawab sambil menerima uluran tangan Mas Yogi.
        Kali ini, untuk pertama kalinya aku menahan sesak yang sangat menyiksa. Yoga bersikap seolah tak ada yang terjadi. Ya, ia memang tak menyadarinya. Ia masih tetap bersikap manis dan memperlakukanku seperti biasanya. Ia masih memelukku, ia masih menggandeng tanganku dan ia masih tersenyum untukku
        Kulirik Mas Yogi yang mengedipkan matanya, sambil samara kudengar ia mengucapkan sepatah kata “anggap semua baik-baik aja, selesaikan setelah latihan.” Aku hanya bisa tersenyum menahan sakit.
        Waktu istirahat akhirnya tiba. Kini aku tak harus bersandiwara untuk bertahan menjadi pacar Yoga lagi.
        “Kita putus !” kataku ketika Yoga duduk di sebelahku. “kamu kira aku nggak liat ? kamu kira aku bodoh ? Aku baru aja liat kamu ciuman sama Dearlin !” lanjutku. Dengan sadar aku menampar pipinya.
        Yoga tak dapat berkata apapun. Ia hanya mampu menundukkan kepala. Yoga bahkan tak meminta maaf, meskipun ia melihat aku menangis.
        “sabar Lun, tenangin diri kamu..” Laras memelukku dengan lembut menenangkan diriku.
        “aku sakit Ras ! Aku ngga nyangka semuanya terjadi sekarang.” Aku masih tetap menangis.
        “Mas Yogi, aku anter Lunar pulang dulu ya. Mungkin dia butuh waktu buat tenangin diri. Sepeda gayungnya nanti mas bawa ke rumah ya.” Kata Laras pada Mas Yogi.
        Laras mengantarku sampai di kamar. Ia lalu pamit setelah merasa aku sudah agak tenang.
        Sekarang semua telah berakhir. Aku akan terus menjalani hariku tanpa Yoga lagi. Yoga bukan pangeran di hidupku.
        Waktu, berjalan begitu cepat. Aku tak mau memikirkan kejadian itu lagi. Hari ini adalah seminggu aku putus dengan Yoga. Lalu aku membuat status di akun Facebook-ku “jomblo? No problem !”
        Tiba-tiba Wira mengomentari statusku, “aku ada di kotamu sekarang, aku liburan. Kejutan buat kamu !”
        Aku membalasnya melalui fasilitas chat, “oh ya? Seneng deh bacanya. Sekarang kamu dimana?”
        “oh ya, kamu sempat bilang kalau kamu punya tempat favorit. Aku masih ingat tempat itu. Gimana kalo kita ketemu disana? Kamu pasti mau dong ! hahahaha maaf maksa dikit ya” balas Wira Visual Yudi Key.
        “oke, jam 3 sore ya. Aku tunggu loh.. kamu bawain aku oleh-oleh khas Singaraja kan? Hehehe” balasku.
        “iya dong. Sekalian ada yang mau aku omongin ke kamu. Very important buat aku.”
        “siip deh ! See you..”
        Hari ini aku akan bertemu dengan sahabat mayaku. Aku sempat berpikir, kenapa aku harus ketemu dengan Wira? Kenapa bukan Agung ? Hmm, entahlah hanya Tuhan yang tahu jawabannya.
        SMS masuk ke hp-ku. Dari Yoga. Kemana saja ia selama seminggu ini? Kenapa baru sekarang ia menghubungiku ?
        Lunar aku minta maaf buat yang kmrin. Aku ga maksud buat nyakitin km.. aku skrg nysel bgt.. aku mhn maafn aku y?
        Aku berfikir sejenak untuk membalas sms Yoga. Tapi tak ada salahnya untuk bersikap baik.
        Iiya Ga, aku udh gpp kok skrg, 
        Aku tersenyum ketika SMS terkirim. Nggak nyangka, aku semudah itu memaafkan. Aku kaget ketika jam burung hantuku berdentang 2 kali. “jam 2” pikirku dalam hati.
        Lalu ku putuskan untuk mandi karena aku akan bertemu dengan Wira jam 3 nanti.
        Akhirnya, setelah aku menunggu jam 3 cukup lama, waktu itu datang juga. “bu, aku keluar sebentar ya.” Aku berpamitan pada ibu yang sedang asyik menonton televisi.
        “iya, hati-hati ya sayang.” Jawab ibu penuh pengertian.
        Aku mencium pipi ibuku sambil menyambar kunci motor.
        Panas matahari dan belaian lembut angin langsung menyapaku saat aku duduk di atas motor. Tak lama aku menunggu kedatangan Wira. Deru motor langsung terdengar menghampiriku.
        “hai. Lunar ya? Udah lama nunggu?” sapanya saat melihatku. Dia tersenyum sangat ramah.
        “uhm,, eng.. enggak kok” aku tergagap ketika melihatnya. Aroma parfum maskulin tercium sangat jelas.
        “Lunar, ini buat kamu.” Katanya sambil menyerahkan kotak kecil berwarna merah. “ada yang mau aku certain ke kamu” lanjutnya sambil membuka kotak tersebut dan memakaikan liontin untukku.
        Ia mulai bercerita tentang masa lalunya. Ia bercerita seolah tanpa beban. Aku sangat kaget ketika ia menceritakan tentang tujuannya menemuiku dan ketika Wira mengeluarkan sebuah serpihan gantungan kunci.
        “itu ada pasangannya?” aku bertanya dan pikiranku mulai berputar teringat dengan gantungan kunci milikku.
        “iya. Pasangannya kamu yang bawa Lun.” Katanya sambil menyatukan serpihan gantungan kunci itu dengan gantungan kunci di motorku.
        Aku kaget luar biasa. Ternyata Wira adalah Agung. Selama ini aku tak pernah sadar. Ternyata Agung dan Wira adalah 1 orang yang sama. I Gusti Ngurah Agung Prawira Nata Putra. Aku pun tak pernah berniat mencari tahu tentang Agung. Tapi, Agung selalu menemani hariku tanpa aku sadari.
        Aku langsung memeluk Agung dan menangis. Agung mengecup keningku dan berkata, “Lunar, aku sayang kamu. 8 tahun bukan waktu yang singkat untukku. Karena selama itu kita berpisah.” Ucapnya tulus. “sekarang aku akan selalu ada di dekatmu, aku janji Lun, aku nggak akan tinggalin kamu sendiri lagi.” lanjutnya.
        Aku hanya mampu menatapnya. Kini aku melihat senyumnya dengan nyata. Bahkan lebih dari 3 detik, di akhir bulan Desember. Terima kasih Tuhan 


Nama : Ni Made Candra Puspita Lestari
Asal : Bali
TTL : Bali, 7 Februari 1996
Sekolah : SMA Negeri 1 Negara
Kelas : XI IPA 5